Putu Putrayasa , yaa.. bagi sobat yang tinggal di
Baturaja apalagi kuliah di AMIK AKMI Baturaja tentunya sudah tidak asing lagi
dengan sosok yang satu ini. Beliau adalah pendiri sekolah tinggi termuda yang
mencatatkan namanya di Rekor MURI, Tak hanya Akmi Baturaja, beliau pun
mendirikan perguruan tinggi di Yogyakarta. Beliau ingin membangun perguruan tinggi
yang dapat mencetak banyak wirausaha sukses. Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Bisnis dan Perbankan (STIEBBANK) atmosfer bisnis selalu dihadirkan dengan
merancang sebagian besar kurikululm belajarnya berbasis wirausaha juga dengan
cara menyediakan Unit Kegiatan Mahasiswa yang berbasis wirausaha.
Bagaimana cerita usaha Putu Putrayasa?, Tahukah
sobat bahwa sejak kuliah beliau sudah belajar berwirausaha?, mulai dari usaha
fotocopy, keliling ambil cucian teman kampusnya, usaha toko komputer sampai
akhirnya membuka perguruan tinggi, menjadi pemateri dan penulis buku. simak kisah sukses usaha beliau berikut ini,
semoga memberikan insfirasi;
Pertama kali menginjakkan kaki di Yogyakarta pada
1996 sebagai mahasiswa Teknik Sipil UGM. Sebagai orang yang merantau dari tanah
Sumatera, Beliau optimis berangkat ke Yogyakarta berbekal nasihat orang tua,
berusaha keras di tanah rantau dan secepatnya mandiri. Dia terus mencoba
berwirausaha dari semester satu hingga kini sudah menjadi orang sukses,
begitulah Beliau Putrayasa dari usaha fotokopi sampai bangun kampus dia
jalani dengan sepenuh hati.
Mulanya, dia berbisnis fotokopi mengingat kebutuhan
fotokopi para mahasiswa begitu tinggi. Semua materi yang disampaikan oleh
dosennya dia minta dan dia kopikan untuk teman-temannya. Namun, usaha itu tutup
dalam satu bulan karena selanjutnya para dosen sudah membawakan kopian materi
untuk mahasiswa. Karna bisnis fotokopinya tak berjalan lancar, dia pun menjual
mesin fotokopinya. Uang dari hasil bisnis fotokopi itu dia gunakan untuk
membeli mesin cuci dan segala keperluan laundry.
Ide usaha laundrynya itu dia dapat dari
pengamatan kepada kawan-kawannya sesama mahasiswa yang sering kerepotan mencuci
baju lantaran sibuk mengerjakan tugas kuliah. Saat itu, di tahun 1996, usaha
laundry belum menjamur seperti sekarang. Beliau pun rajin berkeliling di kos
teman-temannya mulai pukul 3 sore untuk mengambil cucian. Usaha laundry ini ia
jalani hampir setahun. “Karna sibuk akhirnya saya cari pegawai. Pegawai itu
yang mengatur semuanya sampai akhirnya saya jual mesin cuci ke pegawai saya itu
tapi dengan mengangsur. Lalu usaha laundry saya tutup dan pindah tangan ke pegawai
saya itu,” terang Beliau.
Meski sempat vakum berwirausaha selama satu
semester, semua jerih payah Beliau dapat ia nikmati sebab di semester 5 Beliau
sudah mampu untuk membayar kuliahnya sendiri. “Segala sesuatu butuh masa
latihan, sampai stabil, saya pikir 2 tahun cukup,” tutupnya.
Setelah sempat vakum berwirausaha selama beberapa
waktu, Beliau Putrayasa mulai berusaha membangun bisnis komputer. Kala itu
krisis moneter 1998, komputer sedang turun di pasaran lantaran nilai tukar
rupiah yang turun. “Saya malah buka toko komputer tapi second, jadi saya cari
di Mangga Dua. Saya berusaha membuat sesuatu yang beda,” ujar Beliau.
Bisnis komputer inilah yang berkembang hingga 18
cabang dalam waktu 3 tahun. Keuntungan dari hasil berjualan komputer inilah
yang digunakan Beliau untuk membangun perguruan tinggi pada 2001. Mulanya dia
terinspirasi dari pemilik sekolahnya dulu yang memberikan banyak beasiswa untuk
anak yang berniat sekolah tapi kurang mampu. Sejak itu Beliau ingin membangun
sekolah agar dirinya bisa membantu orang yang kurang mampu. “Dulu saya enggak
mampu dan termasuk yang dapat beasiswa,” ceritanya.
Keuntungan dari bisnis komputer yang ia kumpulkan
sebanyak 25 juta ia gunakan untuk membelli sebidang tanah. “Saya kehabisan
uang. Lalu pelan-pelan keuntungan dari toko komputer saya gunakan untuk
membangun kampus,” kata Beliau. Beliau pertama kali membangun perguruan tinggi
di Sumatera Selatan, bernama Akmi Baturaja saat ia berusia 24 tahun. Dia telah
menyusun dan mempelajari kurikulum untuk sekolah ini sejak lama. Saat ini setiap tahun
kampus yang dibangun Beliau menerima 1800-an mahasiswa.
Pelajaran yang dapat kita petik
dari kisah Bapak Putu Putrayasa adalah bahwa memulai usaha itu adalah bagaimana
cara kita melihat peluang yang ada dan mengambilnya. Ide usaha dapat datang dengan
adanya pengamatan terhadap lingkungan sekitar kita. “The Power Of Dream” itulah yang tergambar dari kisah sukses beliau,
dengan keinginan dan cita-cita yang kuat apapun dapat dilewati demi terwujudnya
cita-cita.
Apakah anda punya mimpi dan
memiliki keberanian untuk mewujudkannya ?