Kali ini kita akan membahas satu sosok yang menurut aku sangat menginsfirasi, karena diusiannya yang terbilang muda, ia mampu membuktikan bahwa "kebaikan akan mendatangkan kebaikan". Bagaimana tidak, setelah berbuat baik dengan membuka usaha yang cinta lingkungan kini setelah sukses ia melanjutkan kebaikannya dengan berbagi ilmu dengan orang lain.
Jika orang menganggap sampah sebagai barang yang
menjijikkan, bagi Baedowi justru sebaliknya, sampah adalah harta karun. Dengan
sampah kini ia bergelimang rupiah. Meski harus hengkang sebagai auditor di sebuah
bank asing dan menjadi ‘pemulung’. Usaha yang dirintisnya sukses, sebagai
juragan sampah yang mampu mengeksppor 2 kontainer biji sampah plastik ke China
setiap minggu dengan omset menggiurkan.
Setiap kesuksessan itu
memang perlu diperjuangkan. Kerja keras dan peras keringat Baedowy selama
bertahun-tahun membuktikan itu. Berawal ditahun 2000 saat ia membidik peluang
bisnis sampah plastik. Meski ia mantan seorang pekerja kantoran yang setiap
hari berdasi, Baedowy sama sekali tak merasa risih harus bercengkrama dengan
tumpukan sampah. Bahkan iapun tak ragu berkeliling berburu sampah ke setiap wilayah siang dan
malam.
Namun daya juang Baedowy
cukup kokoh. Ia seorang pejuang tangguh dan pantang menyerah. Ia nekad
berbisnis dengan modal awal sekitar 50 juta yang dipakai untuk beli mesin, sewa
lahan dan membuat bangunan sederhana. Di tahun kedua akhirnya dewi fortuna pun
menyapa, bisnis yang ditekuninya semakin berkembang. Kini bijih sampah hasil
olahannya diekspor ke China. “Satu kali ekspor bisa mencapai 20 ton. Setiap
satu minggu bisa satu sampai dua kontaineran. Mengenai keuntungan ya kira-kira
500 rupiah per kilogram, “ ujar pria berusia 37 tahun ini. Dalam sehari mesin
buatannya mampu menggiling hingga 3 ton bahan baku sampah plastik meski
rata-rata hanya satu ton saja per harinya.
Kesuksesan yang
direguknya tentu tidaklah instan. Di tahun pertama, ia harus menemui beberapa
kendala yang hampir saja membuatnya pesimis. “Kendala pasti adalah, bagi saya
setidaknya ada dua hal teknis dan non teknis. Non teknis berupa ujian mental.
Bisa dibayangkan, saya ini seorang sarjana, mantan pegawai bank yang sellau
berdasi, tiba-tiba harus jadi pemulung tukang sampah, rasa-rasanya setiap orang
pun akan malu tak terkecuali orang tua saya. Soal teknisberupa mesin yang selau
ngadat. Hampir di satu tahun pertama saya disibukkan dengan membetulkan kondisi
mesin agar bisa tampil prima, “ kilahnya.
Bahkan yang lebih tragis,
sebelum itu, ia harus rela hengkang dari rumah kontrakannya karena tak kuat
membayar uang sewaan. “Itu adalah masa yang paling menyedihkan dalam kehidupan
saya. Saat itu, saya harus menitipkann istri dan anak-anak saya ke rumah orang
tua saya. Sepertinya, peristiwa itu akan sellau teringat dalam benak saya,”
kilahnya setengah mengeluh.
Tapi itu adalah dulu,
sebelum ia menemukan sampah sebagai lumbung rejekinya. Baginya, semua itu
dijadikan sebagai bahan pelajarann untuk beranjak menjadi lebih baik. Faktanya
dengan kerja keras dan restu orang tua, meski dari sampah namun ia bisa
menyedot rupiah. “Satu hal yang penting bagi saya, restu orang tua, itulah yang
mendongkrak saya hingga berhasil,” aku ayah tiga anak ini.
Setelah 10 tahun berlalu,
kini bisnis Baedowy semakin bergairah. Untuk bahan baku ia berdayakan lebih
dari seratus pemulung. Bukan hanya itu, iapun sudah menggalang kerja sama
dengann lebih dari 80 mitra kerja yang terhampar dari Aceh hingga Papua. “Saya
bangga bisa memberdayakan para pemulung dan ibu-ibu disekitar pabrik pengolahan
sampah. Selain itu, karena saya sudah menggalang dengan lebih dari 80 mitra di
seluruh Indonesia, secara otomatis masyarakat disekitarnya pun turut
diberdayakan. Di setiap satu pabrik bisa mempekerjakan lebih dari 60 orang,”
imbuh pria lulusan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka
Malang ini.
Untuk mitra kerja , tak
segan ia memberikan pelatihan dari nol hingga menjadi piawai yang diadakan di
seluruh kota. “Setiap mitra yang membeli mesin dari saya, saya berikan training
hingga bisa, bahkan sampah hasil olahannyapun saya siap beli,” ungkap pemilik
CV Majestic Buana Group yang bermarkas di jalan raya Cimuning, Mustika Jaya,
Bekasi ini. Selain memberdayakan para pemulung, yang patut ditiru adalah ia tak
pernah lupa sedekah. Secara rutin, Baedowy pun sering mengadakan acara
tasyakuran dan sedekah pada anak-anak yatim piatu.
Kini selain berbisnis
peraih beragam penghargaan seperti Dji Sam Soe Award, Kalpataru dan lainnya ini
disibukkan dengan mengajar dan memberikan kuliah umum di beberapa universitas
di tanah air. “Sampah adalah masalah besar bangsa kita. Tapi kalau diolah
secara baik dan tepat dengan teknologi tepat pula, sampah pun bisa menjadi
rupiah. Saya berobsesi untuk menyebar luaskan pengetahuan saya ini kepada
seluruh masyarakat,” pungkasnya.
Setiap usaha pasti ada resiko, ada kendala, ada kegagalan, calon wirausaha sukses adalah mereka yang mampu melewati semua itu
Kamu bisa temukan kisah suksesnya Baidowy di youtube https://www.youtube.com/watch?v=VqfMr24H9xM